Virus Corona Tewaskan 1.480 Warga Amerika Dalam Satu Hari

Sabtu, 04 April 2020 - 22:50:06 WIB

Seorang petugas di AS melakukan pemeriksaan terhadap seorang warga (AP/John Minchillo)

Betuah Washington - Amerika Serikat (AS) memecahkan rekor terburuk kematian akibat wabah Coronavirus Disease 2019 atau Covid-19. Dalam 24 jam terakhir, tercatat sebanyak 1.480 warga di negara itu yang tewas dan merupakan angka terbanyak di dunia sejak pendemi dimulai.

Hingga Sabtu (4/4/2020), jumlah kasus positif Covid-19 di AS sebanyak 277.475 orang, 12.283 di antaranya telah berhasil disembuhkan dan 7.402 orang meninggal dunia.

Angka kematian harian terbanyak di dunia yang terjadi di Amerika dicatat oleh John Hopkins University. Menurut universitas tersebut, angka itu dicatat dari pukul 20.30 malam pada Kamis (2/3/2020) hingga pada pukul yang sama pada Jumat (3/4/2020).

Sebagai perbandingan, angka kematian harian yang dicatat universitas itu pada periode 24 jam sebelumnya adalah 1.169 orang.

Sementara itu, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS telah mengeluarkan rekomendasi baru bahwa semua orang Amerika harus mengenakan masker saat mereka pergi ke luar.

"CDC merekomendasikan untuk mengenakan penutup wajah kain di tempat publik di mana langkah-langkah social distancing lainnya sulit untuk dipertahankan (misalnya, toko kelontong dan apotek) terutama di daerah-daerah transmisi berbasis masyarakat yang signifikan," kata CDC seperti dikutip CBS News.

Sementara itu, Presiden AS Donald Trump yang berbicara pada briefing harian Gedung Putih tentang COVID-19, terang-terangan menolak mengenakan masker kecuali dalam pertemuan dengan para pemimpin dunia.

"Saya tidak akan melakukannya secara pribadi," ucap Trump.

"Itu rekomendasi. Mereka merekomendasikannya. Saya merasa baik. Saya hanya tidak ingin melakukannya, entah bagaimana, saya duduk di Oval Office di belakang Resolute Desk yang indah itu, Resolute Desk yang hebat, saya berpikir memakai masker saat saya menyapa presiden, perdana menteri, diktator, raja, ratu, saya tidak tahu, entah bagaimana saya tidak melihatnya sendiri," katanya.

"Saya hanya tidak (ingin memakainya). Mungkin saya akan berubah pikiran. Ini akan berlalu, dan mudah-mudahan akan berlalu dengan sangat cepat. Saya rasa, satu aturan untuk Anda dan satu lagi untuk saya," imbuh Trump.

Tuduh China Berbohong

Sementara Media Amerika Serikat The Washington Post, melaporkan jumlah kematian sekitar 2.500 orang di Wuhan, China, akibat virus corona COVID-19 terlalu kecil. Media itu mengklaim memiliki bukti bahwa jumlah yang sebenarnya 16 kali lebih banyak dari yang dilaporkan secara resmi.

Wuhan adalah kota di mana virus itu pertama kali muncul atau terdeteksi. Secara nasional, China melaporkan 81.639 kasus, 3.326 kematian dan 76.755 pasien disembuhkan.

Namun, dalam beberapa hari terakhir telah terjadi peningkatan spekulasi tentang validitas statistik korban COVID-19 yang dilaporkan China. Laporan intelijen AS terang-terangan menyebut Beijing berbohong soal data korban jiwa. Beijing tentu saja marah dengan tuduhan itu dan menegaskan bahwa pihaknya sudah transparan.

Sebagai perbandingan, AS memiliki 276.965 kasus, 7.391 kematian dan 12.283 pasien disembuhkan. Amerika jadi negara dengan kasus infeksi COVID-19 terbanyak di dunia.

Italia memiliki 119.827 kasus, 14.681 kematian dan 19.758 pasien sembuh. Spanyol memiliki 119.199 kasus, 11.198 kematian dan 30.513 pasien sembuh. Jerman memiliki 91.159 kasus, 1.275 kematian dan 24.575 pasien sembuh.

China mengatakan angka adalah fungsi dari fakta bahwa virus corona baru dapat dikendalikan oleh Beijing.

The Washington Post tak percaya dengan laporan resmi Beijing. Media ini mengklaim memeriksa bukti-bukti yang menunjukkan jumlah korban jiwa di Wuhan 16 kali lebih banyak daripada yang diakui China.

Menurut laporan media tersebut, ada garis panjang di rumah pemakaman Wuhan dalam beberapa minggu terakhir, dengan krematorium bekerja 19 jam sehari dan pelayat menunggu hingga enam jam untuk jenazah orang yang mereka cintai.

The Washington Post sebelumnya telah melaporkan tentang tingginya jumlah guci abu jenazah yang dikirim ke beberapa rumah pemakaman.

Media AS itu memperkirakan 3.500 guci sehari telah dikembalikan kepada kerabat korban sejak 23 Maret, yang menyiratkan jumlah korban sebenarnya sekitar 42.000 jiwa atau 16 kali lebih banyak dari laporan resmi China.

Perkiraan secara terpisah, yakni berdasarkan jumlah jam tungku beroperasi di Wuhan, menempatkan jumlah korban jiwa sekitar 46.000 orang.

"Insinerator telah bekerja sepanjang waktu, jadi bagaimana bisa begitu sedikit orang yang mati?" kata seorang pria setempat di Wuhan yang tidak disebutkan namanya. (red)