Walikota Pekanbaru Firdaus bersama Sekdako Muhammad Jamil dan Kepala Disketapang Alek Kurniawan, panen jagung di lahan pertanian kelompok tani.
Betuah Pekanbaru - Pandemi global akibat Coronavirus Diseas 2019 atau yang lebih dikenal dengan Covid-19 telah menghantam seluruh sektor di seluruh dunia, tak terkecuali di Kota Pekanbaru. Sehingga berimplikasi pada aspek sosial, ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.
Implikasinya telah berdampak antara lain terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi, penurunan penerimaan daerah, dan peningkatan belanja yang diperlukan untuk melakukan penyelamatan Kesehatan dan perekonomian, dengan fokus pada belanja untuk kesehatan, jaring pengaman sosial (social safetynet), serta pemulihan perekonomian termasuk untuk dunia usaha dan masyarakat yang terdampak.
"Pandemi Covid-19 telah membawa dampak krisis besar terhadap berbagai sektor, utamanya terhadap kesehatan dan ekonomi," ucap Walikota Pekanbaru Dr H Firdaus ST MT di berbagai kesempatan salah satunya pada Rapat Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) tingkat Kota Pekanbaru beberapa waktu lalu.
"Selain mitigasi terhadap sektor kesehatan, sektor ekonomi harus dipertahankan sebagai respon atas penurunan aktivitas masyarakat yang ekonominya terdampak secara langsung," ulasnya.
Hal itu pun menjadi perhatian serius oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Disketapang) Alek Kurniawan SP M.Si, dengan menerjemahkan arahan walikota yang bergelar Datuk Bandar Setia Amanah tersebut dengan berbagai kebijakan strategis di bidang ketahanan pangan.
"Selain mitigasi di sektor Kesehatan, sektor ekonomi harus dipertahankan sebagai respon atas penurunan aktivitas masyarakat yang ekonominya terdampak secara langsung. Setidaknya itulah arahan dari bapak walikota kepada kami dan tim yang tergabung dalam Tim PEN Pekanbaru," ujarnya.
Alek Kurniawan yang juga dikenal termutakhir dengan sebutan Kadis AKUR merupakan nakhoda Dinas Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru yang dalam tim PEN tersebut dipercayai sebagai koordinator bidang pertanian, peternakan dan ketahanan pangan menyampaikan kebijakan-kebijakan strategis Pemerintah Kota Pekanbaru melalui Dinas Ketahanan Pangan.
Disebutkannya, dalam konteks keberlanjutan ekonomi di suatu daerah "secara sederhana" dapat diwujudkan melalui optimalisasi investasi, belanja pemerintah, konsumsi masyarakat dan ekspor-impor.
Menurut Alek, hal yang paling logis untuk keberlangsungan hidup ekonomi dari pilihan yang ada saat ini adalah optimalisasi dari belanja pemerintah karena 3 (tiga) indikator lainnya yakni investasi, konsumsi masyarakat dan ekspor impor terus melambat dan tumbuh negatif yang artinya instrumen belanja pemerintah menjadi lokomotif utama sebagai penggerak ekonomi.
Namun disisi lain ada pressure/ tekanan pada penerimaan negara/ daerah untuk penyediaan dananya karena setiap belanja yang dikeluarkan pemerintah tentu membutuhkan sumber pendanaan yang tidak sedikit.
"Disatu sisi, menggenjot optimalisasi belanja pemerintah untuk perputaran ekonomi, namun di sisi lainnya pemerintah juga harus melakukan optimalisasi penyediaan dana untuk belanja dimaksud. Makanya prioritas belanja pemerintah saat ini harus yang bermuara kepada Pemulihan Ekonomi Nasional," ungkap Alek.
Untuk itu, ia menegaskan bahwa ada atau tidaknya Covid-19, sebenarnya isu-isu ketahanan pangan selalu menjadi isu strategis apalagi pada masa pandemi seperti ini. Yang terpenting menurut dia, perlakuan kepada sektor pangan harus memadai kalau tidak ingin “pangan berdaulat” dikatakan hanya sebatas slogan karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak asasi manusia yang dijamin dalam konstitusi sebagai komponen dasar untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas.
Lebih lanjut Alek menguraikan langkah-langkah kongret strategisnya di tengah segala keterbatasan dalam mendorong Pemulihan Ekonomi Nasional dalam tiga kelompok besar sesuai SOTK Dinas Ketahanan Pangan yang ia pimpin yaitu ketersediaan dan kerawanan pangan, distribusi dan cadangan pangan, serta konsumsi dan keamanan Pangan.
Dalam tugas pokok dan fungsi, ketesediaan dan kerawanan pangan, Alek bersama tim Disketapang dan SKPD mitra lainnya terus menggesa optimalisasi belanja kegiatan-kegiatan strategis di antaranya peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani dan pelaku usaha pangan.
Kegiatan ini diwujudkan melalui Pemberdayaan Masyarakat lewat Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan dan Pekarangan Pangan Lestari (P2L).
Kenyataan yang harus diakui bahwa sektor pertanian di Indonesia dan juga terjadi di Kota Pekanbaru bahwa sebagian besar sektor pertanian dibangun oleh petani dengan skala usaha yang relatif kecil. Keadaan pelaku usaha pertanian tersebut setiap tahun semakin bertambah jumlahnya dengan tingkat kesejahteraan yang masih rendah.
Skala usaha pertanian yang kecil menghambat petani meningkatkan pendapatannya sehingga sulit keluar dari lingkaran kemiskinan. Sehingga peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani dan pelaku usaha pangan mutlak harus dilakukan. Program strategis yang telah dilakukan di Dinas Ketahanan Pangan dalam rangka mengoptimalkan sektor ini adalah melalui kegiatan P2L dan Pengembangan Kawasan Mandiri Pangan (KAMAPAN).
Optimalisasi kegiatan P2L diarahkan melalui penyaluran stimulus bantuan untuk aktualisasi pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal untuk pengembangan ketersediaan pangan yang beraneka ragam pada setiap rumah tangga dalam suatu kawasan.
Objek penerima manfaat adalah kelompok wanita tani. Selanjutnya dalam skala yang agak besar, Dinas Ketahanan Pangan juga turut suksesi dalam program Kawasan mandiri pangan adalah Kawasan yang di bangun dengan melibatkan keterwakilan masyarakat dalam rangka meningkatkan pengelolaan kelembagaan masyarakat untuk ketahanan pangan masyarakat.
Output kegiatan saat ini berupa pemberian bibit tanaman, infrastruktur dan belanja pendukung kegiatan penumbuhan terhadap Kelompok Tani (KT).
Dalam kurun 2 tahun terakhir untuk kegiatan ini baru mampu menyentuh 39 kelompok tani/ Kelompok Wanita Tani (KWT). Sementara jumlah KT dan KW di Kota Pekanbaru berdasarkan aplikasi SIMLUHTAN Kementan ada 400-an kelompok dengan rata-rata anggota per kelompok 25-30 orang. Dana ini bersumber dari APBD dengan penguatan dari dana DID tambahan dan dana DAK Non Fisik Ketahanan Pangan dan Pertanian.
"Artinya kita baru dapat memberi stimulus kepada 10 persen dari total jumlah kelompok tani/KWT yang ada di Kota Pekanbaru," terang dia.
Lebih jauh disampaikan Alek, di Era Globalisasi ini hanya pelaku bisnis yang efisienlah yang akan memenangkan persaingan. Sebagian besar pelaku bisnis pertanian di Indonesia adalah para petani dan pengusaha kecil yang bila berhimpun dalam organisasi ekonomi yang kuat maka akan memperoleh manfaat (kesejahteraan) tidak hanya bagi dirinya melainkan juga bagi masyarakat dan bangsanya.
Dia menyebutkan bahwa terdapat tiga tahap (fase) dalam mewujudkan kesejahteraan petani. Pertama, pemberdayaan organisasi petani yakni tahap pemberdayaan kelembagaan petani (pengembangan SDM, pengembangan teknologi dan rekayasa aturan main organisasi).
Kedua, pengembangan jaringan kemitraan bisnis (network business), dan tahap ketiga peningkatan daya saing (competitiveness).
Walaupun dalam keterbatasan, Alek menyatakan bahwa program strategis yang menyelaraskan maksud ini adalah Outlet Puan Berseri, Pekan Pangan Madani dan mendorong pemanfaatan sumber daya pangan lokal melalui konsumsi pangan lokal dalam kegiatan-kegiatan di Instansi Pemerintahan dan instansi lainnya sebagaimana yang tertuang dalam Instruksi Walikota Pekanbaru Nomor 521/DKP/2432 tahun 2020.
Dengan demikian, dana APBN ataupun APBD tersalurkan kembali secara langsung kepada masyarakat utamanya kepada pelaku usaha pertanian dan pangan. Wujud nyatanya ada pada tupoksi distribusi dan cadangan pangan yang direalisasikan dengan kegiatan revitalisasi dan penguatan kelembagaan petani dan pelaku usaha pangan melalui optimalisasi pemanfaatan outlet Pangan PUAN BERSERI, Kegiatan Pekan Pangan Madani dan mendukung penuh Pembentukan PT Sarana Pangan Madani sebagai BUMD.
Mantan Sekretaris DPRD Kota Pekanbaru ini melanjutkan usaha yang dioptimalkan lainnya melalui Pengawasan keamanan Pangan Segar. Memang saat ini terkendala pendanaan yang belum memadai dan belum adanya laboratorium sehingga sampel yang diperiksa dalam jumlah terbatas.
Selain itu proyek-proyek strategis yang sudah dituntaskan antara lain dokumen Grand Master Plan Ketahanan Pangan Kota Pekanbaru dan Grand Master Plan Kawasan siCANTIG (Lokasi Cadangan Pangan Terintegrasi).
Dua dokumen induk ini akan menjadi acuan dalam pengembangan kegiatan ketahanan pangan ke depannya dan pelaksanaan kegiatan strategis penguatan lumbung pangan yang memiliki nilai edukasi dan entertainment (edutainment).
Untuk siCANTIG sendiri merupakan suatu bentuk usaha Pemerintah Kota dalam memberikan edukasi dan sosialisasi sekaligus infrastruktur wisata pertanian yang mengedepan pembelajaran (edukasi) serta wisata agro yang menarik (entertainment).
Alek menerangkan bahwa luas kawasan siCANTIG mencapai 5 hektar yang terletak di Kelurahan Agrowisata, Kecamatan Rumbai. Kawasan siCANTIG merupakan kawasan agrowisata, lokasi pembelajaran budidaya pertanian, peternakan dan perikanan. Kemudian di tengah kawasan dibuat miniatur Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), juga ada Lumbung Pangan dan pengolahan pangan.
"Kami berharap lewat siCANTIG ini terfasilitasinya kegiatan pemberdayaan masyarakat yang memadai yang menyentuh berbagai aspek strategis seperti agrowisata, pendidikan, budidaya pertanian dan perikanan serta yang tak kalah penting itu adalah hiburan alam yang menarik," paparnya.
Semua kegiatan-kegiatan tersebut, lanjut dia, harus terdokumentasi dengan baik dan memadai. Makanya inovasi dengan pendekatan teknologi informasi dalam layanan publik juga harus diperbaiki. Hal ini yang pada akhirnya melahirkan inovasi yang dinamakan dengan sebutan siTANGAN alias Sistem Manajemen Informasi Ketahanan Pangan.
Sistem Manajemen Informasi Pangan ini dibangun untuk menyediakan data dan informasi pangan yang valid dan terkini secara cepat melalui teknologi informasi sehingga memudahkan institusi maupun masyarakat luas dapat mengakses informasi pangan tersebut dengan cepat.
"Kami punya rumah virtual yang kami sebut dengan siTANGAN. Kami akan mengisi rumah virtual ini dengan data-data strategis di ketahanan pangan," ucapnya.
Di samping itu, Alek juga sangat mengapresiasi langkah-langkah yang telah dilakukan OPD mitra semisalnya oleh Dinas Pertanian dan Perikanan yang juga ikut berpartisipasi melakukan pendampingan, penyuluhan, pemberdayaan masyarakat dengan nilai stimulus dalam skala yang lebih besar lagi.
"Mudah-mudahan kita mampu bersinergi dengan perannya masing-masing sehingga tidak adanya mata rantai yang putus dalam menciptakan ketahanan pangan yang terintegrasi dari hulu ke hilirnya,” Pungkas sang Ketua Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI) Kota Pekanbaru ini. (adv/abd)