Oleh: Hasrul Sani Siregar, MA
Alumni Ekonomi-Politik Internasional IKMAS, UKM, Malaysia
SETELAH sukses menjadi anggota kelompok negara G-20, Indonesia mencoba masuk dalam kelompok kerjasama ekonomi BRICS yang merupakan kelompok ekonomi yang di dalamnya ada negara-negara dengan kekuatan ekonomi seperti Rusia dan China. BRICS diawal pembentukannya terdiri dari negara-negara Brazil, Rusia, India dan China yang kemudian di susul oleh Afrika Selatan. Dan sudah ada beberapa negara yang akan bergabung dalam BRICS. BRICS terbentuk untuk menyuarakan negara-negara berkembang berhadapan dengan dominasi-dominasi negara-negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat.
Keikutsertaan Afrika Selatan dalam BRICS dilihat dari keterwakilan negara tersebut yang mewakili benua Afrika. BRICS merupakan singkatan dari lima negara berkembang yang cukup berpengaruh di dunia yaitu Brazil, Rusia, India, China dan Afrika Selatan yang hakekatnya bertujuan memperkuat ekonomi bagi negara-negara berkembang yang berhadapan dengan kekuatan Amerika Serikat dan Eropa Barat.
Pada tahun 2001, ekonom Goldman Sachs, Jim O’Neill menggunakan singkatan BRIC (Brasil, Rusia, India dan China) yang memprediksi empat negara tersebut bakal menjadi kekuatan ekonomi utama pada tahun 2050. Dan dalam perjalanannya BRICS telah berkembang dengan masuknya Afrika Selatan dengan singkatan BRICS.
Dan diawal tahun 2024, BRICS bertambah lagi dengan masuknya Iran, Mesir, Ethiopia dan Uni Emirat Arab. Walaupun awalnya adalah sebagai kerjasama ekonomi dan bisnis, dalam perjalannya menjadi blok ekonomi dan geo-politik yang di dalamnya ada Rusia dan China.
Bagi Indonesia sendiri, bergabungnya dalam blok ekonomi BRICS tersebut, adalah menjalin kerjasama ekonomi dengan negara-negara berkembang dan juga berhubungan dengan program kerja kabinet merah putih Presiden Prabowo Subianto yaitu program ketahanan pangan dan energi, serta pemberantasan kemiskinan dan pemajuan sumber daya manusia (SDM).
Selain dari pada itu bergabungnya Indonesia dalam blok ekonomi BRICS adalah sebagai pengejawantahan politik luar negeri yang bebas aktif yang artinya bukan ikut blok tertentu, namun berpartisipasi aktif di semua forum internasional seperti yang telah dilakukan Indonesia di forum-forum internasional lainnya seperti APEC, Forum Regional dan Forum kerjasama ekonomi lainnya.
Untuk menyebut forum yang diikuti oleh Indonesia selain ASEAN dan APEC, Indonesia juga menjadi anggota G-20 yang merupakan forum utama kerja sama ekonomi (Premier Forum for Economic Cooperation). Indonesia menjadi satu-satunya negara anggota ASEAN yang menjadi anggota kelompok G 20. Indonesia telah menjadi anggota G-20 sejak forum inter-governmental ini dibentuk pada 1999.
Yang menjadi dasar keikutsertaan Indonesia menjadi salah satu anggota G-20 yaitu pertama; Indonesia menjadi salah satu negara berkembang yang karena pertumbuhan ekonominya tercatat cukup penting di antara negara-negara berkembang lainnya dimasukkan dalam kategori emerging economy. Kedua, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat setelah Cina, Amerika Serikat dan India. Ketiga, mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam dan karenanya dapat memainkan peran yang potensial untuk menjembatani perbedaan-perbedaan di antara peradaban dunia. Keempat, Indonesia merupakan negara demokrasi baru yang dalam proses konsolidasi politik.
Politik luar negeri bebas aktif yang dimainkan oleh Indonesia tentunya tetap konsisten memperjunagkan perdamaian dunia dan kerjasama internasional yang tidak memihak blok tertentu. Dalam memperjuangkan politik luar negeri yang bebas aktif tersebut, Indonesia harus menempatkan kepentingan nasional diatas segala-galanya, namun demikian tetap aktif dalam forum-forum regional maupun internasional.
Oleh yang demikian, politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif memiliki peran yang cukup strategis dalam upaya menggalang kekuatan dari negara-negara berkembang khususnya dalam kelompok kerjasama ekonomi BRICS untuk saling mendukung dalam mencapai kepentingan secara bersama-sama terutama dalam menciptakan kerjasama ekonomi yang sudah saatnya menciptakan dunia multipolar dan menggantikan dunia unipolar yang didominasi oleh kekuatan ekonomi Amerika Serikat dan Eropa Barat.
Salah satu pidato Presiden Prabowo Subianto setelah dilantik sebagai presiden ke-8 adalah Indonesia memilih jalan bebas aktif dan non-blok dan menjalin kerjasama semua negara dan dengan prinsip anti penjajahan. BRICS juga dilihat sebagai semangat transformasi perlawanan baru terhadap hegemoni barat terhadap negara-negara berkembang yang di era tahun 1950 dikenal dengan sebutan konferensi Asia-Afrika dan gerakan non-blok.***