Cina Dilaporkan Ingin Tulis Ulang Alquran dan Alkitab, Malaysia Protes

Jumat, 27 Desember 2019 - 01:21:34 WIB Cetak

Foto ilustrasi/net

BETUAH.COM, BEIJING - Pemerintah Cina dilaporkan ingin menulis ulang Alquran dan Kitab Suci Agama lain, dengan dalih untuk menyesuaikan dengan nilai-nilai sosialis yang dianut di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Seorang pejabat tinggi Partai Komunis Cina menyebut, edisi baru Alquran dan Alkitab yang akan disusun ulang oleh Beijing itu tidak boleh mengandung konten apa pun yang bertentangan dengan kepercayaan Partai Komunis.

"Paragraf yang dianggap salah oleh (badan) sensor akan diubah atau diterjemahkan ulang," katanya seperti dikutip Sindonews dari Daily Mail, Rabu (25/12/2019).

Perintah penyusunan ulang Alquran dan Alkitab itu diberikan pada Bulan November selama pertemuan yang diadakan oleh Komite Urusan Etnis dan Agama Komite Nasional Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China, yang mengawasi masalah etnis dan agama di negara itu.

Menurut Kantor Berita Xinhua, 16 pakar, agamawan dan perwakilan agama yang berbeda dari Komite Sentral Partai Komunis Cina menghadiri konferensi yang diawasi oleh Wang Yang, Ketua Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China.

Surat kabar Prancis Le Figaro melaporkan, Wang menekankan bahwa otoritas agama harus mengikuti instruksi Presiden Xi Jinping dan menafsirkan ideologi agama yang berbeda sesuai dengan nilai-nilai inti sosialisme dan ketentuan zaman.

Untuk itu, dia mendesak para pejabat membangun sistem keagamaan dengan karakteristik Cina. Para pejabat setuju dengan arahan Wang, menambahkan bahwa misi adalah pilihan sejarah.

Mereka juga mengklaim bahwa dengan mengevaluasi kembali buku-buku agama, mereka akan mencegah "pemikiran ekstrem" dan "ide-ide sesat" yang mengikis negara.

Pertemuan November itu berlangsung ketika Cina menghadapi kritik global atas kebijakan agamanya.

Sebuah dokumen yang bocor telah menunjukkan bagaimana pemerintah Cina menjalankan sistem pusat pendidikan ulang untuk mengindoktrinasi orang-orang Muslim di provinsi Xinjiang yang jauh di barat daya.

Dokumen-dokumen itu, yang mencakup pedoman untuk mengoperasikan pusat-pusat penahanan dan instruksi bagaimana menggunakan teknologi untuk menargetkan orang, mengungkapkan bahwa kamp-kamp di Xinjiang bukan untuk pelatihan kerja sukarela, seperti yang diklaim Beijing.

Para pakar dan aktivis PBB mengklaim bahwa setidaknya satu juta etnis Uighur dan Muslim lainnya ditahan di pusat-pusat penahanan di wilayah tersebut.

Mantan tahanan mengklaim bahwa seorang Muslim dipaksa makan daging babi dan berbicara bahasa Mandarin di kamp-kamp interniran tersebut.

Setelah awalnya menyangkal keberadaan mereka, China mengakui bahwa mereka telah membuka 'pusat pendidikan kejuruan' di Xinjiang yang bertujuan mencegah ekstremisme dengan mengajarkan bahasa Mandarin dan keterampilan kerja.

Muslim Malaysia Protes

Laporan Cina yang berencana menulis ulang Alquran itu mendapat protes dari kelompok Islam Malaysia.

Protes itu seperti disuarakan Dewan Konsultatif Malaysia untuk Organisasi Islam (MAPIM). Gabungan kelompok Islam itu mengaku marah dengan upaya China sebagaimana dilaporkan Daily Mail pada 24 Desember 2019. 

Presiden MAPIM, Mohd Azmi Abd Hamid, dalam sebuah pernyataan menuntut pihak berwenang Beijing menjelaskan beberapa poin dari laporan media tersebut.

Poin-poin itu antara lain, pertama, tentang semua kitab agama klasik yang diterjemahkan harus dievaluasi ulang. Kedua, edisi-edisi baru kitab-kitab agama tidak boleh mengandung konten apa pun yang bertentangan dengan sosialisme. Ketiga, paragraf dalam kitab agama yang dianggap salah oleh sensor akan diubah atau diterjemahkan ulang.

"Kami sangat marah dengan serangkaian kebijakan terhadap Muslim yang dieksekusi oleh Cina," kata Mohd Azmi, seperti dikutip dari New Straits Times, Kamis (26/12/2019).

Mohd Azmi mengatakan jika laporan sejumlah media itu benar, maka itu merupakan penghinaan terhadap Islam dan tidak akan pernah ditoleransi. Menurutnya, umat Kristen juga akan membenci upaya Cina itu karena merupakan tindakan campur tangan Partai Komunis terhadap agama.

"Penulisan ulang Alquran akan dipandang sebagai perang melawan Islam. Umat Islam di seluruh dunia pasti akan berdiri untuk menegur kebijakan ini," tegasnya.

"Kami mengingatkan Cina untuk tidak melewati garis merah. Penindasan besar-besaran terhadap Muslim Uighur telah banyak dikritik oleh komunitas internasional dan Muslim tidak akan mentoleransi kebijakan kasar seperti itu untuk mengubah teks Islam yang paling suci," ucapnya.

"Kami menuntut kebenaran laporan ini dan jika Cina menolak untuk merespons, kami akan mengikuti dengan cermat jika kebijakan itu benar-benar diterapkan atau kebijakan itu dicabut," sambung dia.

"Kami menyerukan kembali bahwa OKI (Organisasi Kerjasama Islam) tidak boleh diam mengenai nasib Muslim Uighur dan Muslim pada umumnya di Cina," imbuh Mohd Azmi.

Pemerintah Cina melalui berbagai Kedutaan Besar-nya di beberapa negara telah membantah laporan tentang persekusi maupun penahanana sekitar 1 juta Muslim Uighur di beberapa kamp di Xinjiang. 

Menurut Beijing, kejadian yang sebenarnya adalah kamp-kamp itu merupakan tempat pelatihan dan pendidikan kejuruan bagi para warga yang melakukan pelanggaran di Xinjiang. Mereka yang lulus telah mendapatkan pekerjaan.

Cina juga mengklaim kebijakan yang diterapkan di Xinjiang adalah kebijakan kontraterorisme. China bahkan mengundang para warga Indonesia dan Malaysia untuk berkunjung ke Xinjiang guna melihat langsung apa yang terjadi di sana. Pemerintah negara Tirai Bambu ini mengecam laporan-laporan media Barat soal persekusi dan penahanan massal Muslim Uighur sebagai laporan palsu atau hoaks. (red)



Baca Juga Topik #internasional+
Business

Kekerasan Geng Lumpuhkan Haiti

Senin, 18 Maret 2024
Tulis Komentar +
Berita Terkait+