BETUAH.COM- Terdapat sebuah desa unik di Perancis bagian barat daya bernama Landais yang dihuni oleh orang-orang pikun penderita Alzheimer.
Dikutip dari Kompas.com (Mirror), Landais dihuni oleh penduduk tertuanya berusia 102 tahun dan termuda 40 tahun.
Mungkin toko dan restoran di tengah Desa Landais terlihat normal untuk menyediakan semua kebutuhan pokok.
Tapi uniknya, toko dan restoran di sana tak memerlukan uang sebagai barter dari makanan dan pelayanan jasa yang diberikan. Sengaja didesain seperti itu untuk memudahkan penduduk desa agar tak perlu mengingat-ingat harus membawa dompet berisi uang.
Selain itu, penduduk desa didorong untuk datang menghadiri teater dan mengambil bagian di dalamnya. Sebanyak 120 penghuni, melakukan aktivitas sehari-hari layaknya penduduk desa pada umumnya. Duduk di ruang tamu menyesap kopi berteman foto-foto keluarga, keluar rumah berjalan-jalan, atau berbaur di dalam kegiatan teater.
Sebuah desa eksperimen
Landais yang dihuni oleh orang-orang penderita Alzheimer ini merupakan desa eksperimen yang digagas oleh tim peneliti Universitas Bordeaux yang dipimpin oleh Profesor Helene Amieva.
Eksperimen ini dilakukan untuk melihat apakah menghilangkan stres pada penderita Alzheimer dapat membantu memperlambat laju perkembangan penyakit tersebut. Tim peneliti akan mengunjungi Desa Landais yang baru dibuka pada 2020 itu setiap enam bulan sekali untuk berbincang dengan warganya dan memantau perkembangan penyakit yang ada. Di sana, tidak ada jam tertentu untuk membuat janji, berbelanja, atau bersih-bersih yang dilakukan warganya. "Hanya irama lembut yang merayu dan membujuk penduduk desa, untuk memberi mereka kebebasan sebanyak mungkin,” ujar Amieva.
Diawasi secara ketat
Amieva mengungkapkan, Desa Landais diawasi secara ketat untuk perkembangan eksperimen terkait penyakit pikun tersebut. Ia menilai, hasil awal menunjukkan bahwa konsep desa memengaruhi perkembangan penyakit.
"Apa yang biasa kita lihat ketika orang masuk ke panti jompo adalah penurunan kognitif yang semakin cepat, hal itu tidak terlihat di institusi ini," ungkapnya, dilansir dari BBC.
"Kami melihat semacam evolusi yang sangat mulus. Kami memiliki beberapa alasan untuk meyakini bahwa institusi semacam ini dapat memengaruhi hasil klinis,” lanjutnya.
Para peneliti juga melihat adanya pengurangan drastis perasaan bersalah dan kecemasan pihak keluarga terhadap para penduduk desa tersebut. Tanpa adanya jam berkunjung, orang-orang bisa datang dan pergi sesuka hati.
Hal ini membuat keluarga dari para penduduk desa memuji bahwa perawatan Alzheimer bisa sebaik itu. Di sana, masing-masing chalet (semacam rumah dari kayu) satu lantai dapat menampung sekitar delapan penghuni, dengan dapur umum, ruang duduk, dan ruang makan di dalamnya.
Meskipun penduduk desa membayar iuran untuk biaya operasional yang mirip dengan panti jompo pada umumnya, sebagian besar biaya ditanggung oleh pemerintah daerah Perancis yang mengeluarkan dana sekitar 17 juta poundsterling (sekitar Rp 227 miliar) untuk mendirikan desa tersebut.***